GARDUOTO – Pada 17 – 18 Juni kemarin, kami mendapatkan kesempatan eksklusif untuk menjajal Tiggo Chery 8 CSH dengan rute Jakarta – Bandung – Jakarta.
Tujuan dari pengetesan ini pastinya adalah untuk mengetahui efisiensi, performa, dan kecanggihan sistem hybrid dari Chery Tiggo 8 CSH.
Sewaktu kami memulai perjalanan dari PIK 2, Tangerang, bahan bakar sudah dalam kondisi penuh, dan baterai masih sebanyak 93%.
Dengan kondisi tersebut, maka di awal perjalanan mobil sepenuhnya digerakkan oleh tenaga listrik. Keadaan tersebut bahkan tetap terjadi saat mobil berjalan di rute tol dengan kecepatan tinggi.
Walau awalnya terasa mengesankan, namun karakteristik umum motor listrik yang punya keterbatasan dalam hal jarak tempuh tetap kami temukan di Chery Tiggo 8 CSH.
Selama berada di jalan tol, kami lebih sering menggeber Medium SUV ini daripada membawanya berjalan santai, yang mana hal tersebut membuat isi baterainya jadi lebih cepat berkurang.
Meski konsumsi baterainya jadi lebih boros lantaran sering digeber, tapi kami sama sekali tidak takut akan kehabisan baterai atau mengalami mogok di jalan.
Pasalnya, ketika isi baterai sudah berada di bawah 25%, mesin akan bekerja tidak hanya untuk mendistribusikan tenaga, tapi juga untuk men-transfer energi yang berasal dari bahan bakar buat mengisi daya baterai.

Tetapi, proses konversi energi dari bahan bakar menjadi daya baterai baru bisa terjadi apabila kita membawa mobil berjalan konstan di kecepatan rendah hingga menengah.
Saat baterai mengisi dayanya lewat konversi bahan bakar ke tenaga listrik, jangan harap prosesnya bisa terjadi dengan cepat. Serta jangan pula berfikir bahwa setelah bertambah, daya baterainya dapat bertahan lama.
Sebab selain pengisian dayanya tergantung dari cara kita mengemudi dan menjaga kecepatan, isi listrik yang terisi pun juga bisa cepat berkurang apabila kita kembali memacunya di kecepatan tinggi.
Lantas, bagaimana kalau kita tetap memacu mobil di kecepatan tinggi meski sisa baterai hanya tinggal seperempat atau kurang?. Jawabannya tentu masih bisa. Tapi, tenaga yang disalurkan ke roda sudah pasti bersumber dari mesin.
Masih menyoal kinerja mesin dan baterai dari Chery Tiggo 8 CSH, ada satu hal yang patut kita apresiasi, yakni soal kehalusannya.
Umumnya, mobil hybrid masih mempunyai suara bahkan getaran saat mesinnya menyala untuk turut menyalurkan tenaganya, terutama ketika mobil dipacu di kecepatan tinggi.
Menariknya, di Chery Tiggo 8 CSH, saat mesinnya menyala, hampir tidak ada suara atau getaran yang terasa. Kecuali bila kita melakukan kickdown, baru lah terdengar raungan suara mesinnya, namun tetap tanpa getaran.
Intinya, dengan kehalusan yang dimilikinya, membuat Chery Tiggo 8 CSH ini jadi punya sensasi berkendara layaknya sebuah mobil EV murni.
Ditambah lagi dengan performanya yang kuat dan instan, bisa membuat kita lupa bahwa ia adalah sebuah mobil Plug-in Hybrid (PHEV), bukan EV murni. (GO/Gie)