GARDUOTO – Comeback Chery ke Indonesia pada dua tahun lalu boleh dibilang sudah membuahkan hasil yang manis.
Seolah tak cukup dengan satu brand, pada awal 2025 lalu, Chery membawa sub-brand mereka, Jaecoo.
Berbeda dengan Chery yang menyasar pasar gemuk, Jaecoo hadir untuk menggaet konsumen yang lebih mapan. Adapun produk pertama Jaecoo yang dilempar ke pasar Indonesia ialah J7.
Jaecoo J7 dihadirkan dalam dua varian, yakni AWD dan SHS. Untuk varian yang disebut terakhir, itu merupakan singkatan dari Super Hybrid System, yang berjenis plug-in hybrid (PHEV).
Biasanya, mobil yang mengusung teknologi PHEV punya harga jual yang lebih mahal.
Namun, cerita berbeda justru terjadi pada J7 SHS, yang mana ia malah menjadi mobil PHEV termurah di Indonesia saat ini.

Desain Eksterior Ala Range Rover
Seperti sudah menjadi ciri khas mobil-mobil Chery Group, mereka selalu mendesain mobil non-EV mereka dengan gril yang besar, tak terkecuali pada Jaecoo J7.
Ya, J7 memiliki gril besar dengan garis vertikal, yang membuat wajahnya jadi tampak tegas.
Karena fascia depannya didominasi dengan gril yang besar, maka lampu DRL dan seinnya ditaruh di atas, dan headlamp-nya di bawah.
Bergeser ke samping, di sini kita seperti diingatkan akan desain Range Rover. Adanya kemiripan desain antara J7 dengan Range Rover tidak terjadi secara kebetulan atau adanya plagiat.
Bagi yang belum tahu, Chery Group dan Jaguar Land Rover telah melakukan joint venture sejak 2011.
Maka itu, ada beberapa transfer teknologi atau sentuhan dari Jaguar Land Rover terhadap produk Chery Group sejak adanya kerja sama tersebut.
Kemiripan antara J7 dengan Jaguar Land Rover berlanjut hingga ke bagian buritannya.
Kami menilai, bagian belakang J7 tampak mirip dengan Range Rover Evoque. Hanya saja, J7 memiliki kaca belakang yang lebih luas daripada Evoque.
Overall, kemiripan desain eksterior Jaecoo J7 dengan Range Rover, kami nilai membuat tongkrongannya jadi terasa mahal, berkelas, dan punya unsur sporti.

Interior Cukup Minimalis
Di eksterior, Jaecoo J7 memang punya kemiripan yang jelas dengan Range Rover, tapi tidak dengan interiornya. Meski begitu, bukan berati kalau J7 punya interior yang tidak menarik.
Interior J7 terbilang minimalis karena minim tombol fisik, karena hampir semua pengaturan kendaraan terdapat di dalam head unit.
Kendati demikian, kabin dari produk pertama Jaecoo di Indonesia ini punya aura yang cukup mewah.
Kemewahannya terpancar dari warna hitam yang dominan pada kabinnya. Lebih dari itu, hampir semua bagian di kabinnya juga dibalut dengan material yang empuk dan berkualitas.
Tak ketinggalan, adanya panoramic sunroof yang sangat besar juga semakin mendongkrak kemewahan dan aura mahal di kabinnya.

Akomodasi Lega
Sejak merilis J7, Jaecoo memang tak pernah gembar-gembor soal kelegaan kabinnya. Makanya, kami cukup kaget saat mengetahui kelegaan dari Medium SUV ini.
Sekadar informasi, bila bangku pengemudi sedang kosong, maka joknya akan mundur hingga habis dengan sendirinya.
Itu tentu akan berpengaruh terhadap kelegaan legroom untuk penumpang yang duduk di balik bangku pengemudi.
Yang membuat kami terkejut, saat kami duduk di belakang bangku pengemudi yang kosong, kami masih mendapatkan legroom sebanyak tujuh jari.
Oleh sebab itu, bisa dibayangkan seluas apa legroom penumpang belakang jika bangku pengemudi disetel lebih maju.
Kelegaan headroom J7 pun juga tak kalah mengesankan. Walau plafonnya agak turun imbas adanya panoramic sunroof yang sangat besar, namun kami masih mendapat headroom sebanyak tujuh jari.
Tidak cuma untuk penumpang belakang, akomodasi barang Jaecoo J7 pun juga lega karena ia punya volume bagasi yang luas, berikut dengan kompartemen tambahan di bawah lantai bagasinya.
Bahkan jika butuh ruang bagasi yang lebih luas, kita bisa melipat bangku belakangnya dengan komposisi 60:40, dengan pelipatan yang rata lantai.

Spesifikasi
Di sektor teknis, Jaecoo J7 SHS menggunakan mesin bensin berkapasitas 1.498 cc empat silinder turbo yang bertenaga 194 dk dan torsi 290 Nm. Sedangkan untuk baterainya, berkapasitas 18.3 kWh.
Kombinasi antara mesin bensin dan baterainya bisa menghasilkan torsi maksimal sebesar 345 Nm, yang disalurkan ke roda depan melalui Dedicated Hybrid Transmission (DHT) satu percepatan.
Menurut klaim pabrikan, dalam kondisi baterai penuh, J7 SHS bisa berjalan sejauh 100 km dengan menggunakan EV mode alias mengandalkan tenaga listrik saja.
Pemakaian DC charger untuk pengecasannya pun juga menjamin waktu pengecasan baterai yang cepat. Sebab, charger tersebut merupakan jenis fast charging untuk mobil-mobil listrik.

Rasa Berkendara
Hal pertama yang langsung terasa saat berada di balik kemudi Jaecoo J7 ialah posisi mengemudinya yang terbilang tinggi.
Bukan cuma itu, ergonominya pun terasa baik, sehingga menjadikan posisi mengemudinya terasa nyaman.
Setelah dibuat nyaman dengan posisi mengemudinya, kami pun menjalankan J7 SHS. Walau di atas kertas ia punya tenaga yang besar, tapi begitu dijalankan dari diam, ia terasa sangat jinak.
Cerita seketika berubah ketika kami menggebernya. Saat kami melakukan kickdown, mobil langsung berakselerasi secara sigap, dengan peningkatan kecepatan yang terjadi secara gradual.
Karakter akselerasi seperti itu membuat mobil tetap bisa dalam kendali penuh. Ditambah lagi dengan handling-nya yang cukup presisi, makin menambah unsur fun to drive pada J7 SHS.
Di samping punya akselerasi yang impresif, J7 SHS juga punya kinerja sistem hybrid yang cerdas. Buktinya, saat baterai hanya tersisa 25%, ia masih bisa melajukan mobil.
Menariknya lagi, selama masih ada bahan bakar, maka daya baterainya bisa bertambah. Soalnya, bahan bakar yang terolah tidak terbuang begitu saja, melainkan terkonversi menjadi daya untuk menambah isi baterai.
Konversi bahan bakar menjadi daya tambahan untuk baterai terjadi lebih cepat saat kita berada di jalan tol.
Ini disebabkan karena di sini, mesin dan baterainya saling bekerja. Mesin mengkonversi bahan bakar, dan baterai menyalurkan tenaga.
Begitu baterai sudah terisi minimal 30%, mobil jadi bisa berjalan dengan hanya mengandalkan tenaga listrik saja. Dengan catatan, kecepatannya tidak lebih dari 60 km/jam.
Tetapi jika kecepatan sudah melewati 60 km/jam, mesin akan hidup dengan sendirinya, atau kembali ke mode hybrid.
Berkat kinerja hybrid-nya yang cerdas, jelas membuat konsumsi bahan bakarnya jadi sangat hemat.
Lalu, selama masih ada bahan bakar di tangkinya, kita pun tak dipusingkan soal pengecasannya.

Kesimpulan
Keputusan Jaecoo untuk menjadikan J7 sebagai produk pertamanya buat pasar Indonesia tidaklah keliru. Pasalnya, mobil ini mempunyai daya tarik yang cukup kuat.
Mulai dari desain eksteriornya yang bergaya ala Range Rover, interior yang mewah, ruang kabin lega, rasa berkendara yang menyenangkan, serta kinerja sistem hybrid yang cerdas.
Mempunyai banyak kelebihan, tak membuat Jaecoo jadi kalap dalam memasang harga J7 SHS.
Sekarang, mobil yang dirakit di dalam negeri ini dibanderol seharga Rp 499 juta on the road Jakarta, menjadikannya sebagai mobil PHEV termurah di Indonesia saat ini.
Jadi, buat yang ingin masuk ke ranah elektrifikasi yang lebih canggih tanpa rasa khawatir berlebih, Jaecoo J7 SHS adalah pilihan yang paling masuk akal untuk saat ini. (GO/Gie)


