GARDUOTO – BrainEye, perusahaan health-tech asal Australia, bersiap meluncurkan teknologi inovatifnya di Indonesia. BrainEye akan menghadirkan solusi berbasis AI yang dapat digunakan melalui smartphone untuk menilai fungsi otak secara cepat dan akurat.
Aplikasi BrainEye adalah alat skrining kesehatan otak yang terjangkau, cepat, dan akurat, tanpa memerlukan perangkat keras yang mahal.
Dalam waktu kurang dari 40 detik, pengguna dapat memperoleh gambaran kesehatan otaknya serta tren perkembangan kondisi otak dari waktu ke waktu.
Dengan lebih dari 120.000 tes yang telah dilakukan di seluruh dunia, BrainEye adalah perangkat medis Kelas 1M yang tidak invasif. Berbeda dengan pesaingnya, teknologi BrainEye telah teruji dan divalidasi secara klinis terhadap perangkat medis standar emas.
Di inti inovasi BrainEye terdapat teknologi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning. Semakin banyak data yang dikumpulkan, semakin akurat dan personal hasil yang diberikan aplikasi ini.
“Indonesia adalah pasar yang berkembang pesat dengan peningkatan kesadaran akan kesehatan otak, performa olahraga, dan layanan kesehatan digital,” ujar Steven Barrett, Chief Operating Officer BrainEye.
BrainEye memiliki aplikasi luas di berbagai industri, termasuk dalam keselamatan olahraga, neurologi klinis, kesehatan mental, dan perawatan lansia.
BrainEye juga merevolusi skrining gegar otak dalam olahraga. Tes SCAT tradisional masih bergantung pada observasi subjektif dan umumnya hanya digunakan setelah gejala muncul.
Sebaliknya, BrainEye menyediakan data objektif dan real-time yang terbukti tiga kali lebih dapat direproduksi dibanding SCAT.
Dalam uji klinis dengan atlet AFL elit, BrainEye mencapai tingkat sensitivitas 100% dan spesifisitas 85%, berhasil mengidentifikasi pemain yang didiagnosis mengalami gegar otak melalui data pergerakan mata yang abnormal.
Lebih jauh, BrainEye dapat diintegrasikan dengan protokol gegar otak yang sudah ada, memberikan wawasan berbasis data secara real-time kepada tim medis klub.
Teknologi ini sangat penting bagi 95% atlet yang bukan profesional dan tidak memiliki akses langsung ke tenaga medis, sehingga dapat meningkatkan keselamatan di sekolah, akademi, dan klub olahraga komunitas. (GO/Gie)


