GARDUOTO – Boleh jadi, Citroen merupakan brand mobil asal Prancis yang paling eksis di Indonesia saat ini.
Di samping karena faktor Indomobil yang menaunginya, pemilihan produk-produk yang dipasarkan untuk Indonesia pun juga menjadi kunci eksistensi Citroen sekarang.
Salah satu produk yang ditawarkan Citroen untuk pasar Indonesia saat ini adalah E-C3. Dari namanya saja, sudah bisa kita ketahui kalau E-C3 merupakan versi full listrik dari C3.
Di luar kesamaannya dengan C3, ada satu hal yang mungkin banyak tidak disadari oleh orang-orang tentang E-C3, yakni statusnya yang bisa dibilang sebagai EV Eropa termurah di Indonesia saat ini.
Dengan statusnya itu, tentu kita tidak bisa mengharapkan segala hal yang sempurna ada di Citroen E-C3. Bahkan boleh dikata, E-C3 malah terasa sederhana untuk sebuah mobil listrik yang berasal dari Benua Biru.

Eksterior Sama Persis dengan C3
Karena merupakan C3 versi listrik, maka tak ada perbedaan desain antara E-C3 dengan saudaranya yang bermesin bensin tersebut.
Andai kita tidak melihat warna biru di plat nomornya, mungkin kita tak akan bisa membedakan C3 dan E-C3.
Alih-alih tidak memberikan sama sekali perbedaan antara C3 dan E-C3, Citroen malah hanya memberikan emblem ‘e’ berwarna biru pada E-C3. Emblem tersebut diletakkan di pintu depan dan bagasi.
Selain emblem ‘e’, hal lain yang membedakan E-C3 dengan C3 ialah adanya port charger. Lubang untuk mengisi daya baterai tersebut berada di atas fender ban depan sebelah kanan.
Tapi yang cukup unik, ada satu hal di C3 yang terbawa ke E-C3, yakni tangki bahan bakar yang berada di sebelah kiri belakang.
Lantaran tidak membutuhkan bahan bakar, makanya tangki tersebut tak bisa dibuka, dan hanya sebatas jadi ‘pajangan’ di eskterior E-C3.

Interior Juga Sama Persis dengan C3
Setali tiga uang dengan eksteriornya, interior E-C3 juga sama persis dengan C3. Tapi pastinya, ada beberapa detail yang membedakan antara dua saudara kandung tersebut.
Pada E-C3, tuas transmisinya dibuat sangat ringkas dengan cara pengoperasian yang hanya dicongkel. Lalu, instrument cluster E-C3 pun juga berbeda dengan C3.
Bukannya lebih canggih, instrument cluster E-C3 justru lebih sederhana daripada milik C3. Instrument cluster E-C3 hanya memiliki satu layar, itupun dengan latar belakang gaya analog yang terkesan vintage.
Meski demikian, instrument cluster E-C3 bisa menampilkan cukup banyak informasi soal kendaraan, yang bisa kita lihat dengan menekan tombol hitam yang ada di area instrument cluster.
Selebihnya, tidak ada perbedaan sama sekali antara C3 dan E-C3 di interior. Keduanya sama-sama memiliki layar head unit berukuran 10 inci, dan semua joknya memakai model yang menyatu dengan head rest.

Akomodasi Lumayan
Walau perawakannya ringkas, tapi ternyata Citroen E-C3 punya akomodasi orang dan barang yang cukup baik.
Akomodasi penumpang belakang, Small Crossover EV ini, masih bisa menyuguhkan headroom dan legroom yang lumayan.
Akan tetapi, bangku belakangnya tidak memiliki arm rest, dan hanya punya dua buah headrest. Artinya, idealnya bangku belakang E-C3 hanya cocok untuk diduduki oleh dua orang saja.
Sedangkan untuk bagasinya juga terbilang luas. Tak cuma itu, ketinggian lantai bagasinya pun juga bisa kita atur, sehingga dapat disesuaikan dengan barang bawaan kita.
Di bawah lantai bagasinya, terdapat segitiga pengaman, perkakas, serta ban serep yang ukurannya sama dengan ban aslinya.

Spesifikasi dan Jarak Tempuh
Menyoal spesifikasi, Citroen E-C3 dibekali baterai Lithium Ferrophosphate (LFP) berkapasitas 29.2 kWh yang bertenaga 55 dk dan torsi 143 Nm. Tenaga dan torsinya itu disalurkan ke roda depan.
Melihat besaran tenaganya, tentu kita tak bisa berharap banyak akan performanya. Tapi berkat torsinya, E-C3 bisa menghasilkan performa yang cukup responsif.
Lalu untuk jarak tempuhnya, pihak Citroen dengan percaya diri mengklaim bahwa produk EV-nya ini bisa berjalan sejauh 320 km dengan baterai penuh. Tapi kenyataannya tidak demikian.
Sewaktu kami menerima E-C3, mobil sudah dalam kondisi baterai penuh, dan di MID menunjukkan bahwa range jarak tempuhnya adalah 231 km.
Saat baterai tersisa 51%, kami pun mengecasnya hingga penuh, dan berharap mendapat jarak tempuh yang lebih dari 231 km.
Ketika daya baterainya sudah kembali 100%, lagi-lagi kami melihat range 231 km di MID. Artinya, jarak tempuh maksimal Citroen E-C3 89 km lebih rendah daripada klaim pabrikan.
Masalah pengecasan, E-C3 pun juga terbilang biasa saja. Saat kami mengecas dengan colokan DC yang notabene mendukung fast charging, pengisian daya dari 51% – 100%, membutuhkan waktu 1 jam 5 menit.

Rasa Berkendara
Sejak dulu, Citroen dikenal sebagai pabrikan yang ahli dalam membuat mobil dengan kenyamanan kelas wahid. Nilai leluhur tersebut masih dipertahankan hingga sekarang, dan turut diimplementasikan pada E-C3.
E-C3 punya bantingan suspensi yang terbilang sangat nyaman. Jangankan cuma melewati speed bump, saat terpaksa melewati jalan berlubang pun, ia tetap bisa membuat seluruh penumpang duduk dengan nyaman tanpa terguncang.
Hebatnya lagi, meski punya bantingan yang empuk, namun E-C3 tidak sampai memiliki gejala body roll atau limbung. Itulah yang memberikan nilai tambah pada sektor pengendaliannya.
Kenyamanan di dalam juga turut ditunjang dengan keheningan kabin yang baik. Hampir semua suara dari luar yang ada di sekitar mobil, mampu diredam dengan baik.
Berkat kenyamanannya, Citroen E-C3 ini lebih pas untuk dibawa berjalan santai, bukan untuk mengejar kecepatan. Karena terkait soal kecepatan, itu bukanlah kelebihan dari E-C3.

Kesimpulan
Umumnya, mobil listrik tampil lebih canggih daripada yang masih menggunakan mesin konvensional. Namun beda cerita pada Citroen E-C3, yang malahan sedikit lebih sederhana dari C3.
Minimnya perbedaan dengan C3 di eksterior ataupun interior, adalah hal yang paling berpengaruh dalam terciptanya unsur sederhana pada E-C3. Bahkan untuk instrument cluster saja, punya C3 masih lebih modern daripada E-C3.
Tidak hanya sederhana secara visual dan fitur, sebagai mobil listrik, Citroen E-C3 pun juga punya performa yang biasa saja, dan jarak tempuh yang terbilang rendah untuk EV zaman sekarang.
Kendati begitu, E-C3 tetap punya nilai tersendiri. Seperti kenyamanannya yang sangat baik, dan punya gengsi yang berbeda karena menyandang nama besar Citroen, yang terkenal sebagai brand Eropa yang kawakan.
Bicara soal harga, saat ini Citroen E-C3 dibanderol di rentang Rp 380 jutaan. Bukan harga yang murah untuk sebuah EV dengan jarak tempuh yang pendek, performa biasa, dan tidak bergelimang fitur.
Oleh karena itu, sudah pasti tidak semua orang bisa cocok dengan Citroen E-C3. Apalagi sekarang sudah banyak EV China dengan harga yang lebih murah, tapi punya jarak tempuh yang lebih jauh, dan fitur yang lebih banyak
Jadi, E-C3 ini cocok untuk mereka yang mencari kenyamanan, mau tampil beda dan tampak lebih bergensi dengan brand Citroen, serta tidak mementingkan soal fitur dan performa. (GO/Gie)


