GARDUOTO – Suzuki Fronx baru saja mencetak pencapaian yang membanggakan. Baru menginjak usia dua bulan, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) menyebut bahwa Fronx sudah terpesan sebanyak 4.000 unit.
Kesuksesan yang diraih Suzuki Fronx dalam waktu yang sebentar ini, tentu membuat pabrikan lain jadi tergerak untuk memberikan perlawanan.
Bukti nyatanya bisa dilihat pada GIIAS 2025. Di sini, ada pabrikan asal China dan Jepang yang sama-sama merilis mobil yang selevel dengan Suzuki Fronx.
Bahkan, kedua mobil tersebut sudah mengusung teknologi hybrid yang lebih canggih ketimbang Fronx yang masih sebatas mild hybrid.
Perlawanan dari kedua pesaing Suzuki Fronx kian serius karena keduanya sama-sama memberikan harga yang kompetitif. Bahkan, salah satunya dibanderol seharga Rp 293 juta on the road Jakarta.
Walau tampak dihantam dengan senjata mematikan dari para pesaingnya, namun hal tersebut tak lantas membuat Suzuki Fronx jadi goyah.
Sebab, Small Crossover Suzuki ini punya beberapa kelebihan yang tak ditemukan pada mobil-mobil sekelasnya.
Hal yang pertama tentu adalah desain eksterior. Jika hampir semua pesaing sekelasnya tampil lebih tinggi dan mengotak, Fronx justru malah tampil beda dengan gaya ala crossover coupe.

Desain eksterior ala crossover coupe memang membuat dimensi mobil jadi lebih pendek dari yang menganut tampilan yang mengotak.
Meski demikian, Suzuki masih bisa membuat Fronx punya ground clearence yang cukup tinggi, sehingga ia bisa diandalkan untuk melewati berbagai macam kontur jalan.
Lalu jika kita membahas soal kenyamanan, Fronx juga boleh merasa jumawa. Soalnya, mobil rakitan Cikarang ini punya bantingan suspensi yang terbilang pas, dan kekedapan kabinnya pun juga lebih baik dari kebanyakan mobil sekelasnya.
Membahas Suzuki Fronx tentu tak akan lengkap jika kita tidak menyinggung soal teknologi hybrid yang diadopsinya.
Iya, teknologi hybrid yang tersemat pada Fronx memang masih sebatas mild hybrid dengan baterai berkapasitas 10Ah.
Baterai tersebut tentu tidak berfungsi untuk menggerakkan mobil atau menyalurkan tenaga ke roda penggerak.
Sistem hybrid Fronx yang bernama Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS) ini hanya sebatas untuk membuat laju mobil jadi lebih halus, serta memberikan dorongan saat berakselerasi, itupun baru bisa dilakukan saat baterai minimal terisi setengah.
Akan tetapi, untuk masalah konsumsi BBM, Suzuki Fronx bisa mempermalukan efisiensi bahan bakar mobil hybrid tulen. Mendapatkan konsumsi 1:25 di rute tol, bukan hal yang sulit buat Fronx.

Jika diulik lebih dalam, setidaknya ada dua hal yang menjadi kuncian dalam terciptanya efisiensi bahan bakar yang impresif pada Suzuki Fronx.
Yang pertama adalah faktor mesin. Crossover terkecil Suzuki ini memakai mesin berkode K15C yang punya tenaga sebesar 100.6 dk di 6.000 rpm dan torsi 135 Nm pada 4.400 rpm.
Seluruh tenaga dan torsi tersebut disalurkan ke roda depan melalui transmisi otomatis enam percepatan.
Mesin yang dicangkokkan pada Fronx mild hybrid ini punya kompresi yang tinggi, yakni 1:12.1. Makanya, mobil ini sebaiknya diberikan bahan bakar dengan nilai oktan minimal 95.
Pemakaian bahan bakar beroktan tinggi tersebut sudah terbukti berhasil membuat Fronx bisa mencapai efisiensi bahan bakar yang optimal.
Pendek kata, pemakaian bahan beroktan tinggi merupakan salah satu kuncian untuk mendapatkan efisiensi bahan bakar yang maksimal pada Fronx.
Perlu diingat, Suzuki Fronx yang sudah dipasangkan teknologi hybrid adalah varian GX dan SGX. Pada varian GX, masih tersedia pilihan transmisi manual lima percepatan.
Melihat semua modal yang dimiliki Suzuki Fronx, rasanya tak akan membuatnya goyah atau tumbang dengan mudah.
Ditambah lagi dengan menyandang nama besar Suzuki yang sudah terpercaya dan punya banyak loyalis, sudah cukup untuk menjadi jaminan bahwa Fronx tidak bisa dijatuhkan begitu saja, tak peduli bagaimanapun godaan dari pesaingnya. (GO/Gie)


